Pencarian

Kamis, 01 Februari 2018

Pengertian Empati dan Contoh Berbakti Kepada Guru Dan Orang Tua



Pengertian Empati
Empati adalah kemampuan untuk merasakan keadaan Perasaan orang lain, dari hati paling dalam merasa simpatik dan mencoba membantu menyelesaikan masalah. Seperti teman kita sedang kesusahan dan kita juga merasakan kesusahan dan ikut membatu kesusahan tersebut.

Contoh Cerita Empati

Sebutir Nasi dan Nasi Basi

Ketika kita berhenti makan, seringkah kita menyisakan nasi di piring? Jangankan banyak. Sebutirpun saya sarankan sebaiknya kita habiskan. Usahakan jangan sampai ada sisa sebutir pun di piring. Jadikan piring mengkilat dan licin.Mungkin ada yang bertanya, buat apa menghabiskan sebutir nasi? kan tidak kenyang juga? Sederhana saja saya akan menjawab. Pertama, Persoalannya bukan mengenyangkan atau tidak. Sebutir nasi pun adalah rizki Tuhan. Ia sampai di piring kita melalui proses panjang. Melibatkan banyak orang sejak disemai, ditanam, dipupuk, dipanen, digiling, dimasak hingga ahirnya sampai ke piring kita. Tidak mudah bukan, nasi sampai di piring kita?
Itu juga alasannya, kenapa orang tua di kampung, banyak ‘menjilati’ tangannya yang penuh butiran nasi ketika selesai makan. Mungkin sementara orang malu atau jijik melakukannya. Tetapi orang kampung melakukannya sebagai wujud dari sikap mereka mensyukuri rizki Tuhan. Apalagi mereka petani yang tahu persis bagaimana sulitnya menghasilkan butiran nasi.
Kedua, yang lebih penting dengan menghabiskan sebutir nasi hakikatnya kita belajar berempati. Di saat warga miskin sulit makan nasi, kita tentu tidak etis menyiakan-nyiakannya. Secara tidak langsung, menyisakan nasi di piring, sama saja kita melakukan pelecehan terhadap kehormatan warga miskin. Meski kita tidak bisa membantunya, setidaknya kita belajar menajamkan kepekaan nurani dengan berempati kepadanya.Terus terang makna sebutir nasi mulai mengganggu pikiran saya selesai menerima telpon seorang teman kemarin. Secara empatik, teman saya bercerita tentang warga miskin desa yang ditemuinya. Sebuah cerita yang menjadi penguat dari tulisan  bahwa 2/3 penduduk miskin ada di pedesaan.Angka Kemiskinan Turun Tapi Lambat Sekali ).
Ceritanya begini. Seorang ibu muda, 22 tahun, terpaksa membesarkan anak tunggalnya sendiri karena suaminya bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta. Di samping anak, ia juga menanggung hidup ayahnya yang sakit-sakitan. Ibu muda ini bekerja banting tulang, karena suaminya tidak bisa mengirim uang. Sampai detik ini, hasil bekerja suami hanya cukup untuk bertahan hidup di Jakarta.Suatu hari teman saya ketemu sama ibu ini. Setelah basa-basi, di akhir pembicaraan ibu muda ini menitip pesan sama teman saya, “ jika mas punya nasi basi, jangan dibuang. mas tak perlu malu, kasihkan saja sama saya”.
Tentu teman saya tertegun. Tak percaya. Bagaimana mungkin nasi basi akan dimakan? Ketika menelpon kepada saya, ia bilang, “Rik …begitu berharganya nasi. Sejak detik itu saya berjanji, ketika makan tak akan membiarkan sebutir pun nasi tersisa di piring saya”.Saya bahagia karena teman saya suka berbagi. Bersama istrinya ia sering mengantar nasi lengkap dengan lauknya kerumah ibu muda miskin itu. Tentu yang diantar bukan nasi basi.


Cerita Empati terhadap Guru
Kisah Mengajar Anak Sikap Hormat
Untuk menanam perasaan hormat, kami mengajar anak kami untuk bersalam sambil menundukkan kepala kepada orang tua. Semua di dalam keluarga suami saya diajar sebegitu. Selepas kahwin, saya terkejut bila ipar duai saya bersalaman sambil menundukkan kepala kepada saya (sebab saya menantu paling baru dan paling muda tapi saya kahwin dengan abang yang paling sulung). Jadi bila anak sudah boleh diajar bersalam, kami ajarnya benda yang sama.
Caranya sangat senang: Saya dan suami akan bersalam dulu, baru anak salam. Konsep yang kami terapkan; 'monkey see, monkey do.' Dalam masa sekejap saja, dia belajar untuk tangkap perbuatan ini. Kami sungguh seronok!Baru-baru ini, dia enggan bersalam nenek dan datuknya. Malah juga menengking dan marah-marah. Hilang semua perangai comel yang suka bersalam, hormat orang tua ini. Umurnya? 2 tahun. Pening kepala saya dan suami. Kami tidak pernah mengajarnya berkelakuan begini. Malah, kami tidak pernah menunjukkan perangai begini kepada orang tua kami. Mana sikapnya?Bila berbincang dengan suami, kami dapati, dia mula banyak bergaul dengan salah seorang anak buah saya yang umurnya agak besar.
Cara didikan saya dan cara didikan ibubapa budak itu berbeza. Anaknya memang tidak diajar bersalam, malah beberapa kali saya melihat dia memarahi ibubapanya tanpa ditegur. Anak saya pula melihat perbuatan itu dan secara tidak sedar, dia meniru perbuatan yang kurang baik itu. 'Monkey see, monkey do.'Pening kepala saya. Takkan nak tegur budak itu? Dia pun kecil lagi. Nak ditegur ibubapanya, kalau mereka tak rasa perbuatan anak mereka tak salah, kita nak buat macam mana? Lagipun ahli keluarga sendiri. Dia dulu ada anak dari kita, kalau tegur nanti takut bergaduh pula. Tapi kami tahu, selagi anak kami bergaul dengan budak itu, lagi banyak lah perangai yang kami tak suka akan melekat pada anak kami.Jadi, kami berbincang dan mengambil keputusan untuk menjauhkan diri dari berjumpa dengan keluarga itu buat sementara waktu. Kami detoxkan semua perangai yang kurang baik itu dari sistem anak kami.
Setiap kali dia minta apa-apa, dengan nada lembut, saya akan tanya, 'minta macam mana?' dan mengajarnya untuk meminta begini:'Mama/Daddy, Miea nak makan nasi/tengok tv/main basikal etc, boleh tak?' dan minta dia ikut dengan nada yang sama.Mula-mula dia tak mahu. Kemudian saya peluk dan cium dan katakan bahawa dia budak baik dan ulangi cara permintaan yang saya ajarkan.
Sekarang, setiap kali dia minta apa-apa, secara automatik dia akan minta dengan lembut, diikuti dengan ucapan terima kasih bila dia dapat apa yang diminta.
Kami juga ajarnya untuk bersalam dengan kami semula dengan cara main game. Bila dia datang dari dapur ke ruang tamu, Daddynya akan ajak dia bersalam. Setiap hari dalam seminggu kami main game ini.Alhamdulillah, hari ini bila dia berjumpa dengan nenek dan atuknya, dengan segera dia pergi bersalam dan tunduk kepalanya. Tiada lagi sikap tidak menghormati orang tua dan suasana di rumah mertua saya yang penuh dengan ahli keluarga ceria semula bila dia bermain tanpa marah-marah. Kami sebagai ibu bapa lega lembali.


Cerita Empati terhadap orang tua
Adalah Anis seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Dahulu kala ketika ia masih duduk dibangku sekolah dasar, anis sering sekali membantu kedua orang tuanya, bahkan ia mau berjualan es teh manis dan koran di kereta untuk bisa menutupi kebutuhan sekolahnya. Anis sangat penurut dan mau melakukan semua kebajikan. Ia tak lupa mendirikan sholat 5 waktu sehari semalam. Anis merupakan figur anak yang sabar, ia bertekad suatu waktu ia bisa memberangkatkan kedua orang tuanya pergi haji ke tanah suci.
Sejak duduk di bangku SD, Anis merupakan anak laki-laki yang tidak bisa tinggal diam, ia selalu membantu kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Ia juga memiliki cita-cita untuk bisa memiliki sebuah warung kelontong kelak ia sudah dewasa nanti.
Ia  memang anak yang sangat pandai namun  karena keterbatasan keuangan orang tuanya, ia hanya bisa lulus sampai bangku sekolah menengah tingkat atas, namun ia sadar itu memang kehendak Tuhan dan ia pun menyadari akan keterbatasan orang tuanya, akhirnya iapun berusaha sekuat tenang untuk bisa membahagiakan orang tuanya.
Sampai pada suatu ketika, ia berhasil meraih sebuah posisi yang sangat bagus disebuah perusahaan, ia pun tidak mau menjadi orang yang sombong, sebab ia pun tahu keberhasilannya yang sudah ia peroleh adalah sebagian besar karena doa dari kedua orang tuanya, dan pada akhirnya iapun bisa memberangkatkan haji kedua orang tuanya dan merasakan sangat bersyukur karena ia bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.
Hikmah dari cerita anak islami singkat ini adalah janganlah kau sia-siakan orang tua, jika saat ini mereka masih hidup, pelihara, jaga dan rawatlah mereka, sebab merekalah yang merawat kita semenjak kita kecil.



1 komentar so far

Yang Cerita Empati Terhadapa Guru
Tokoh Utamanya siapa
Tokoh Pembantunya siapa
#JawabYaMin


EmoticonEmoticon